Mengapa Negara Gagal – Awal Mula Kekuasaan, Kemakmuran dan Kemiskinan

Zaldi Rusnaedy* -  Universitas Pancasakti, Indonesia
Nur Khaerah -  Universitas Muhammadiyah Makassar, Indonesia

DOI : 10.24269/ars.v9i2.3710

Mengapa negara makmur begitu banyak tapi tidak sedikit pula negeri yang masih melarat? Mengapa di era global, kesenjangan antarnegara masih menganga? Buku ini hadir mengulas problematika tersebut dengan menggunakan pendekatan institusional. Jawaban dari pertanyaan tersebut diuraikan oleh Acemoglu dan Robinson: karena institusi. Negara makmur karena mengadopsi institusi ekonomi dan politik inklusif, sedangkan negara miskin karena menerapkan institusi ekonomi dan politik ekstraktif. Intisui inklusif diartikan sebagai adanya kesetaraan setiap warga negara untuk memiliki hak dan kesempatan akan akses sumber-sumber ekonomi dan politik untuk kemakmuran bangsa. Sedangkan intitusi ekstraktif adalah penguasaan oleh segelintir elit kecil untuk menguasai segala sumber daya demi kepentingan kelompok mereka. Hal inilah yang diulas oleh dua ekonom terkemuka untuk menjelaskan kesenjangan yang terjadi selama ini.

Supplement Files

Keywords
Negara Gagal; Intitusi Inklusif; Institusi Ekstraktif
  1. Acemoglu, D., & Robinson, J. A. (2014). Mengapa negara gagal-awal mula kekuasaan, kemakmuran, dan kesejahteraan. PT Elex Media Komputindo.
  2. Diamond, J. (2013). Guns, germs and steel: a short history of everybody for the last 13,000 years. Random House.
  3. Fukuyama, F. (2005). Memperkuat negara-tata pemerintahan dan tata dunia abad 21. Gramedia Pustaka Utama.
  4. Sachs, J. D. (2006). The end of poverty: Economic possibilities for our time. Penguin.
  5. Weber, M. (2002). The ethic protestant and the spirit of capitalism. Penguin.

Full Text: Supp. File(s):
Hasil uji plagiat
Subject
Type Research Instrument
  Download (555KB)    Indexing metadata
Article Info
Submitted: 2021-03-28
Published: 2021-04-23
Section: Book Review
Article Statistics: