ACTING (AKSI CEGAH STUNTING) DI DESA SIRNAJAYA GARUT
Abstrak
Stunting merupakan bentuk kegagalan pertumbuhaln (growth falltering) akibat akumulasi ketidakcukupan nutrisi yang berlangsung lama mulai dari kehamilan sampai anak berusia 24 bulan. Indonesia merupakan negara dengan prevalensi stunting yang tinggi. Di Jawa Barat permasalahan kekurangan gizi terutama stunting prevalensinya masih tinggi, diantaranya di Kabupaten Garut. Dampak buruk stunting jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh, sedangkan jangka panjangnya mengakibatkan menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan resiko tinggi untuk munculnya kanker, penyakit jantung dan pembuluh darah, penyakit diabetes, kegemukan, stroke, dan disabilitas pada usia tua. Hasil wawancara pada masyarakat mengenai stunting, beberapa jawaban belum tepat. Selanjutnya terkait media promosi kesehatan mengenai stunting masih belum dapat banyak didapat oleh masyarakat. Pelaksanaan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat di Desa Sirnajaya khususnya ditujukan pada seluruh ibu balita, utamanya ibu balita stunting, seluruh ibu hamil, serta para kader. Tujuan pengabdian masyarakat ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam mencegah stunting melalui pemberian edukasi. Kegiatan yang telah dilaksanakan yaitu memberikan edukasi mengenai stunting, utamanya cara mencegah stunting, pemeriksaan pertumbuhan balita, pemeriksaan kadar Hb dan tanda-tanda vital ibu hamil, refreshing cara mengukur tinggi badan dan berat badan balita yang tepat, serta pembagian leaflet cara mencegah stunting. Setelah diberikan edukasi, tingkat pengetahuan masyarakat mengenai stunting menjadi meningkat, hasil posttest menunjukkan bahwa seluruh peserta tingkat pengetahuannya menjadi baik.
Referensi
[1] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, “Buletin Stunting,†Peraturan Menteri Kesehatan, 2018.
[2] S. A. R. Manaf, Erfiani, Indahwati, A. Fitrianto, and R. Amelia, “Faktor – Faktor yang Memengaruhi Permasalahan Stunting di Jawa Barat Menggunakan Regresi Logistik Biner,†J Stat. J. Ilm. Teor. dan Apl. Stat., vol. 15, no. 2, pp. 265–274, Dec. 2022, doi: 10.36456/jstat.vol15.no2.a5654.
[3] Karyati Y, “Pengaruh Jumlah Penduduk Miskin, Laju Pertumbuhan Ekonomi, dan Tingkat Pendidikan terhadap Jumlah Stunting di 10 Wilayah Tertinggi Indonesia,†J. Ris. Ilmu Ekon. dan Bisnis, pp. 101–108, 2021.
[4] Pusat Data Dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, “ Situasi balita pendek (stunting) di Indonesia,†Indonesia, 2018.
[5] Susan Susyanti, Dena Maryana, and Tanti Suryawantie, “Kecenderungan Kejadian Stunting Balita di Desa Mekarwangi Wilayah Kerja Puskesmas Mekarwangi Kabupaten Garut ,†J. Med. Cendikia, vol. 7, no. 1, pp. 14–27, Jun. 2020.
[6] N. Rusliani, W. R. Hidayani, and H. Sulistyoningsih, “Literature Review: Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Balita,†Bul. Ilmu Kebidanan dan Keperawatan, vol. 1, no. 01, pp. 32–40, Aug. 2022, doi: 10.56741/bikk.v1i01.39.
[7] Ria Muji Rahayu, Eti Poncorini Pamungkasari, and CSP Wekadigunawan, “The Biopsychosocial Determinants of Stunting and Wasting in Children Aged 12-48 Months,†J. Matern. Child Heal., vol. 3, no. 2, pp. 105–118, 2018.
[8] N. D. Yanti, F. Betriana, and I. R. Kartika, “Faktor Penyebab Stunting Pada Anak: Tinjauan Literatur,†REAL Nurs. J., vol. 3, no. 1, p. 1, May 2020, doi: 10.32883/rnj.v3i1.447.
[9] Syariefah Hidayati Waliulu, Diki Ibrahim, and M. Taufan Umasugi, “PENGARUH EDUKASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN UPAYA PENCEGAHAN STUNTING ANAK USIA BALITA,†J. Penelit. Kesehat. Suara Forikes, vol. 9, no. 4, pp. 269–272, Oct. 2018.
Diterbitkan
Terbitan
Bagian
Lisensi

Artikel ini berlisensiCreative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License