Wayang Multi-Level Linguistic sebagai Pendidikan Karakter Berbasis Nilai Pancasila

Bayu Aji Suseno* -  Institut Teknologi Telkom Purwokerto, Indonesia
Junaidi Junaidi -  Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Indonesia

DOI : 10.24269/jpk.v6.n1.2021.pp68-77

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan budi pekerti bangsa Indonesia di lingkungan lembaga pendidikan formal melalui media wayang. Dalam mencapai tujuan penelitian tersebut dilakukan metode ceramah dan demontrasi dengan menggunakan landasan teori fungsional sosial atau sistem sosial Talcott Parsons. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa wayang menjadi media multi linguis (bahasa daerah dan nasional) dan multi level (jenjang usia dan tingkat pendidikan) yang berdasarkan semboyan Bhineka Tunggal Ika dalam wadah Negara Indonesia dan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, yaitu: Nilai Ketuhanan, Nilai Kemanusiaan, Nilai Kesatuan, Nilai Kebijaksanaan, dan Nilai Keadilan. Dalam suatu pertunjukkan wayang mengajarkan nilai tidak secara dogmatis (harus diterima kebenarannya) dan teoritis sebagai suatu indoktrinasi (paham kebenaran hanya dari satu sisi), tetapi secara demokrasi dan kongkret dengan menghadirkan kehidupan tokoh-tokoh sebagai teladan yang nyata. Wayang multi-level linguistic menjadi media pendidikan karakter sebagai rujukan bagi tenaga pendidik (guru) dan peserta didik (siswa) pada lembaga pendidikan di seluruh wilayah Indonesia.

Wayang Multi-Level Linguistic as Character Education Based on Pancasila Values. This study aims to improve the character of the Indonesian nation in formal educational institutions through wayang media. In order to achieve the research objectives, lectures and demonstrations were carried out using the social functional theory foundation or Talcott Parsons' social system. The results of this study indicate that wayang is a multi linguist (regional and national language) and multi level (age level and education level) media based on the motto of Bhineka Tunggal Ika in the Indonesian State container and the values contained in Pancasila, namely: Divine Value, Humanity Value, Unity Value, Wisdom Value, and Justice Value. In a puppet show teaches values not as dogmatic (the truth must be accepted) and theoretically as an indoctrination (understanding the truth from one side only), but democratically and concretely by presenting the lives of the characters as real role models. Multi-level linguistic wayang has become a character education medium as a reference for educators (teachers) and students (students) in educational institutions throughout Indonesia

Keywords
wayang, multi level linguistic, Character Education, pancasila
  1. Amir, Hazim. (1991). Nilai-Nilai Etis Dalam Wayang. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
  2. Azwar, Saifuddin. (2008). Pengantar Psikologi Inteligensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
  3. Junaidi. (2007). Perancangan Wayang Remaja Sebagai Media Pendidikan Budi Pekerti dan Seni Hiburan bagi Murid Tingkat SMP-SMA. Yogyakarta: Laporan Penelitian Hibah Bersaing DP2M, Dirjen Dikti Jakarta
  4. _______ . (2010). Mengenalkan Wayang Kepada Anak, Jilid 1-3. Surakarta: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
  5. _______ . (2011). Wayang Sebagai Media Pendidikan Budi Pekerti Bagi Generasi Muda, Jilid 1-4. Yogyakarta: Arindo Nusa Media
  6. _______ . (2012). Wayang Minangka Piwulang Budi Pakerti Dhumateng Laré, Jilid 1-4. Yogyakarta: Arindo Nusa Media
  7. _______ . (2012). Wayang Kulit Purwa Gaya Surakarta: Ikonografi & Teknik Pakelirannya. Yogyakarta: BP ISI Yogyakarta
  8. _______ . (2013). Wayangan Singkat Berbahasa Indonesia sebagai Upaya Pengembangan Seni Tradisional. Yogyakarta: Laporan Penelitian Hibah Stranas DP2M, Dirjen Dikti Jakarta, 2013.
  9. Monks, F.J. et.al. (2006). Psikologi Perkembangan Pengantar dalam berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
  10. Mujanattistomo, RM. (1977). Pedhalangan Ngayogyakarta, Jilid I. Yogyakarta: Yayasan Habirandha
  11. Rasser, W.H. (1959). Panji The Culture Hero: A Structural Study of Religion in Jawa. The Haque: Martinus Nijhoff
  12. Sajid, R.M. (1981). Ringkasan Sejarah Wayang. Jakarta: Pradnya Paramita
  13. Sarwono, Sarlito Wirawan. (2005). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
  14. Sastroamidjojo, Seno. (1964). Renungan Tentang Pertunjukan Wayang Kulit. Jakarta: Kinta Jakarta
  15. Senawangi. (1983). Pathokan Pedhalangan Gagrad Banyumas. Jakarta: PN Balai Pustaka
  16. Soetarno. (2004). Wayang Kulit: Perubahan Makna Ritual dan Hiburan. Surakarta: STSI Press
  17. ______. (2005). Pertunjukan Wayang & Makna Simbolis. Surakarta: STSI Press
  18. Suryabrata, Sumadi. (1987). Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali
  19. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1993). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
  20. Timur, Soenarto. (1988). Serat Wewaton Padhalangan Jawi Wetanan, Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka
  21. Zulkifli L. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Full Text:
Article Info
Submitted: 2020-11-23
Published: 2021-03-06
Section: Artikel
Article Statistics: