Strategi Penguatan Nasionalisme Perbatasan Indonesia

Mukhamad Murdiono* -  Program Studi PPKn, Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia
Suyato Suyato -  Program Studi PPKn, Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia
Iqbal Arpannudin -  Prodi PPKn Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia

DOI : 10.24269/jpk.v5.n2.2020.pp34-43

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan strategi penguatan nasionalisme yang dilakukan oleh guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), faktor pendukung dan faktor penghambat dalam penguatan nilai nasionalisme generasi muda di daerah perbatasan Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian adalah para guru PPKn yang mengikuti program sarjana mendidik di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal di wilayah Indonesia. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam dan dokumentasi. Data dianalisis dengan teknik analisis induktif. Langkah-langkah analisis data yang dilakukan meliputi: reduksi data, kategorisasi, display data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi penguatan nasionalisme yang dilakukan oleh guru PPKn yakni melalui pendekatan budaya dan psikologis dengan pembiasaan dan keteladanan dalam pembelajaran. Faktor-faktor yang mendukung antara lain kemauan peserta didik yang kuat, sinergi sekolah dan pemerintah, dan kehadiran Tentara Nasional Indonesia. Sementara faktor penghambat antara lain: keterbatasan akses informasi sumber belajar mengenai nasionalisme, letak geografis, dan adat istiadat.

The strategy to Strengthen Indonesian Border Nationalism. This study aims to describe the strategy of strengthening nationalism carried out by Pancasila and Citizenship Education (PPKn) teachers, supporting factors and inhibiting factors in strengthening the value of young generation's nationalism in Indonesia's border regions. This research is a descriptive study with a qualitative approach. Research subjects were PPKn teachers who took part in educating undergraduate programs in the foremost, outermost, and disadvantaged regions in the Indonesian region. Data collection uses in-depth interview techniques and documentation. Data were analyzed by inductive analysis techniques. The steps of data analysis include: data reduction, categorization, data display, and drawing conclusions. The results showed that the strategy of strengthening nationalism carried out by PPKn teachers was through cultural and psychological approaches with habituation and exemplary learning. Supporting factors include a strong student will, school and government synergy, and the presence of the Indonesian National Army. While the inhibiting factors include: limited access to information about learning resources about nationalism, geographical location, and local wisdom.

Keywords
Nationalism, Border area, SM3T area.
  1. Alfaqi, M. Z. (2015). Memahami Indonesia melalui perspektif nasionalisme, politik identitas, serta solidaritas. Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 28(2), 111–116.
  2. Apter, D. E. (1967). The politics of modernization. Chicago: The University of Chicago Press.
  3. Banks, J. A. (2008). Diversity, group identity, and citizenship education in a global age. Educational Reseacrh, 37(3), 129–139.
  4. Branson, M. stimman. (2001). Principles and practices of democracy in the education of social studies teachers. Civic learning in teacher education (J. J. Patrick & R. S. Leming, ed.). Bloomington IN: ERIC Clearinghouse for Social Studies/Social Science Education.
  5. Brooks, J. S., & Normore, A. H. (2010). Educational leadership and globalization: Literacy for a glocal perspective. Educational Policy, 24(1), 52–82.
  6. Budhiono, R. H. (2009). Bahasa ibu (bahasa daerah) di Palangkaraya: pergeseran dan pemertahanannya. Adabiyyat, Vol 8(1), 196–210.
  7. Budiyono, & Hermawati, Y. (2017). Penguatan pendidikan karakter melalui nilai-nilai keteladanan gurud an orang tua siswa sekolah dasar. Prosiding Seminar Nasional PPKn III.
  8. Cogan, J. J. (1998). Citizenship Education for the 21st Century: setting the context. In J. J. Cogan & R. Derricott (Ed.), Citizenship for the 21 st Century: An Introduction Perspectives on Education (hal. 1–20).
  9. Integrito. (2015). Menghidupkan kembali keteladanan pendiri bangsa. Integrito, vol 44.
  10. Kim, B. J., Kavanaugh, A. L., & Hult, K. M. (2011). Civic engagement and internet use in local governance: hierarchial linear models for understanding the role of local community groups. Administration & Society, 43(7), 807–835. https://doi.org/10.1177/0095399711413873
  11. Lan, T. J., & Manan, M. (2011). Nasionalisme dan ketahanan budaya di Indonesia: sebuah pengantar. In Nasionalisme dan Ketahanan Budaya di Indonesia: Sebuah Tantangan,. Jakarta: LIPI Press dan Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
  12. Latif, Y. (2011). Negara paripurna: historisitas, rasionalitas, dan aktualitas Pancasila. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  13. Poetranto, T. (2008). Bagaimana mengatasi permasalahan di daerah perbatasan. Buletin Puslitbang Strahan Balitbang Dephan.
  14. Seda, F. S. (2011). Ikatan Budaya, Nasionalisme Indonesia, dan “Ketahanan Budaya” di Tengah Dinamika Globalisasi dengan Desentralisasi: Suatu Kajian Sosiologis. In Nasionalisme dan Ketahanan Budaya di Indonesia: Sebuah Tantangan,. Jakarta: LIPI Press dan Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
  15. Sudjatmoko. (1991). Nasionalisme sebagai prospek belajar. Prisma.
  16. Winataputra, U. S. (2014). Diskursus aktual tentang paradigma Pendidikan Kewarganegaraan dalam konteks kurikulum 2013. Seminar Nasional AP3KNI, 1–12. Surakarta: AP3KNI dan Universitas Negeri Sebelas Maret.

Full Text:
Article Info
Submitted: 2020-06-17
Published: 2020-07-29
Section: Artikel
Article Statistics: